Medium
tumbuh merupakan substrat yang dibubtuhkan dalam budidaya anggrek yang
diharapkan dapat memiliki kemampuan menyimpan air atau memiliki hara sehingga
dapat menunjang kehidupan anggrek budidaya. Menurut Liptan BPTP Jakarta (2003)
media tanam yang baik memiliki syarat tidak cepat lapuk, tidak menjadi sumber
penyakit, mampu mengikat zat hara dan air dengan baik, mudah diperoleh serta
ramah lingkungan.
Media tanam dibagi ke dalam 2 jenis berdasarkan komponen kimianya yakni media organik dan media anorganik. Media tanam organic misalnya moss (lumut), pakis, pecahan, serutan atau potonga kayu, arang serta sabut kelapa. Moss(lumut) merupakan salah satu medium organik yang digunakan sebagai substrat tempat tumbuh. Kelebihannya adalah dapat menyimpan air yang banyak. Sementara itu kekurangannya antara lain mudah membusuk, mudah ditumbuhi mikrobia, dan harganya yang relative mahal. Moss yang umum digunakan adalah jenis Sphagnum. Selain moss, terdapat pula arang yang memiliki kelebihan adsorbs nutrient yang baik, mampu menetralisir unsur toksik, dapat menjadi tempat perlekatan akar yang baik, memiliki aerasi yang baik, serta tidak mudah ditumbuhi jamur (mikrobia) dan harganya yang relative murah. Satu kekurangannya ialah kurang dapat menyimpan air. Selain arang, media organic lain ialah pakis dengan kelebihannya antara lain dapat menyimpan air dengan baik, serta memiliki aerasi yang baik. Kekurangan pakis adalah mudah lapuk dan mudah ditumbuhi jamur. Media lain ialah sabut kelapa dengan kelebihannya yang baik dalam menyimpan air. Namun sabut kelapa mudah lapuk dan mudah ditumbuhi mikroorganisme.
Media
tanam jenis kedua adalah media tanam anorganik yang dapat berupa Rockwool, Horticulture foam, Perlag,
Perlite, Pasir, Batu apung, pecahan bata/ genting, dan zeolit. (Rittershausen
and Rittershausen, 2008 ; Ginting, 2008). Zeolit merupakan media tanam
anorganik yang memiliki kelabihan antara lain tidak mudah lapuk, tidak mudah
ditumbuhi mikroorganisme maupun gulma, penyimpanan air yang cukup baik, dan
memiliki sifat baik untuk perlekatan akar. Kekurangannya adalah harga yang
relative mahal. Selain itu terdapat pula rockwool yang merupakan batuan basal
dan batu kapur yang dipanaskan hingga menjadi lava. Lava tersebutu kemudian dimasukkan
ke dalam mesin putaran untuk menghasilkan tekstur seperti putaran. Cara
penggunaan rockwoll harus pula diperhatikan. Pada media rockwool yang belum
siap pakai, pH rockwoll cenderung tinggi (basa) sehingga perlu direndam dalam
larutan berpH 5,5 sampai 5 untuk menjadi netral. Kelebihan rockwool adalah
lebih stabil secara kimiawi, tidak beracun, tidak menimbulkan polusi, dan baik
untuk menyimpan panas (pada negara dengan musim dingin).
Contoh lain medium anorganik adalah perlag dan perlite. Keduanya merupakan batuan silika (batuan vulkanik) dengan kelebihan aerasi yang baik, baik untuk menjaga kelembaban, pH netral, absorbs pupuk, herbisida dan gulma yang baik, dan tidak mudah ditumbuhi hulma. Kekurangannya adalah penyimpanan airnya kurang baik. Selain itu, terdapat pula horticulture foam yang memiliki kelebihan dapat menyimpan air dengan baik. Kekurangannya ialah panas, aerasinya yang kurang, srta harganya yang relative mahal. Media anorganik dapat pula berupa pasir. Kelebihan pasir adalah baik digunakan untuk anggrek terrestrial serta memiliki aerasi yang baik. Kekurangannya ialah kurang dapat menyimpan air. Pecahan genting dan batu bata juga dapat digunakan sebagai media tanam anggrek. Kelebihannya ialah baik untuk perlekatan akar, sementara kekurangannya tidak dapat menyimpan air.
Secara
umum, dapat dikelompokkan media tanam yang sesuai dengan sifatnya sebagai
penahan air sebagai berikut:
Kelompok medium
|
Contoh medium
|
Media yang menyimpan banyak air
|
Sabut kelapa, moss, serbuk
gergaji kayu
|
Media yang menyimpan air sedang
|
Arang, batu – bata, akar pakis
dan serutan kulit kayu
|
Media yang tidak menyimpan air
|
Batu, pecahan genting
|
Ukuran
potongan medium tumbuh juga mempengaruhi kemampuan menyimpan air. Semakin kecil
suatu potongan, semakin besar kemampuan menyimpan airnya, namun semakin kurang
baik untuk perlekatan akar anggrek. Pada media, semakin banyak kandungan air di
dalamnya, potensi bakteri dan jamur untuk tumbuh juga semakin meningkat. Dalam
pemilihan medium harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan, terutama
kelembaban dan suhu udara di tempat pemeliharaan anggrek tersebut. Karena
memiliki sifat yang berbeda-beda, satu medium dan medium yang lainnya dapat
dikombinasikan dengan komposisi tertentu untuk memenuhi seluruh kebutuhan anggrek
dan memperoleh kondisi lingkungan yang ideal dengan kebutuhan anggrek.
Misalnya, komposisinya dapat terdiri dari arang (diletakkan di dasar pot
sekitar 1/3 tinggi pot), kemudian di atasnya diberi potongan pakis sampai
ketinggian 1cm dari atas bibir pot (2/3 tinggi pot). Kedua media tanam memiliki
ciri dan sifat yang berbeda. Arang dapat membantu memenuhi kebutuhan anti
mikroba dan tempat perlekatan akar yang baik, sementara pakis dapat menyimpan
air dan menjaga kelembaban tetap sesuai kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, B., 2008, Membuat media tumbuh anggrek- Surat
Kabar Sinar Tani. 7 – 13 Mei 2008
LIPTAN BPTP Jakarta, No.01/RL/LIPTAN/BPTP-2003.
http:Jakarta.litbang.deptan.go.id/klinikagribisnis/ -Klinik Agribisnis DKI
Jakarta
Rittershausen, B., W. Rittershausen, 2008. Growing orchids
successfully gardening indoors and out. Anness Publishing.Ltd. London.